Kehilangan Teman

Sebelum saya mulai menuangkan pikiran saya kali ini, saya ingin menekankan bahwa buah pikiran saya ini murni opini belaka.
Jika ada yang tidak setuju, saya tidak peduli.
Jika ada yang tersinggung, apalagi. Saya sungguh tidak peduli.

Saya adalah manusia biasa yang bersifat sama dengan kebanyakan manusia lainnya yang ada di dunia ini, berperan sebagai mahkluk sosial.

Perbedaan saya dengan manusia-manusia lainnya adalah saya tidak pernah takut untuk kehilangan teman.

Jangan salah menilai dulu, saya sungguh-sungguh sangat menghargai hubungan saya dengan teman-teman saya.
Beberapa hubungan saya dengan teman-teman saya malah lebih saya hargai daripada hubungan saya dengan sepupu-sepupu saya yang seumuran.

Dibalik semua penghargaan saya terhadap hubungan saya dan teman-teman saya, semakin saya dewasa, semakin sadarlah saya bahwa teman bukanlah sesuatu yang bisa seseorang jadikan pegangan seumur hidup.
Karena itulah, saya tidak pernah merasa rugi ketika saya memutuskan pertemanan dengan seseorang.

Saya sungguh sangat tidak mengerti alasan dua orang yang tetap memutuskan untuk berteman padahal tadinya mereka berpacaran, namun hubungan mereka kandas ditengah jalan.
Menurut saya, hubungan sepasang manusia yang memutuskan untuk ‘tetap berteman’ setelah mereka putus hanya akan berakhir pada dua kemungkinan:
1. hubungan mereka begitu baik, sehingga mereka menyadari bahwa mereka ternyata cocok satu sama lain dan akhirnya memutuskan untuk kembali pacaran
2. hubungan mereka begitu buruk, sehingga mereka menyadari bahwa mereka ternyata sangat tidak cocok satu sama lain dan akhirnya memutuskan hubungan ‘perteman’ ini.
Intinya, keputusan untuk ‘tetap berteman’ antara mantan kekasih itu hal yang tidak mungkin terjadi.

Saya juga tidak pernah takut saat kehilangan teman.
Seorang teman pernah berkata pada saya,
“sayang banget kan pertemanan yang udah 4 tahun kita jalani ini rusak begitu saja.”

Menurut saya,
“enggak sayang ah.”

Kenangan-kenangan saya bersama si X selama empat tahun, atau bersama si Y yang enam tahun, atau sama si Z yang cuma dua minggu itu artinya sudah cukup.
Kalau pertemanan itu sudah tidak bisa dipertahankan lagi, kenapa harus maksa?

Lagian, apa susahnya sih kehilangan seorang teman?
Apa susahnya menghilangkan seseorang dari daftar teman Facebook kita? Apalagi kalau kita merasa bahwa kita gak bakalan lagi berinteraksi dengan orang tersebut, baik di dunia nyata ataupun dunia maya.
Apa susahnya menghapus nomer telepon seseorang di telepon seluler kita? Apalagi kalau kita memang tidak ada niat untuk menelepon orang tersebut.

Toh, waktu selalu bergerak maju dan kita semua akan selalu bertemu dengan hal-hal baru di tempat-tempat baru.
Apa susahnya punya teman baru?
(Yah, kecuali kamu punya penyakit mental dan memang susah bersosialisasi)

Intinya, menurut saya, buah pikir pertemanan itu kayak prinsip pahlawan zaman penjajahan dulu: mati satu tumbuh seribu.

Saya bukan makhluk anti sosial yang memandang negatif terhadap semua hubungan pertemanan.
Apa gunanya capek mempertahankan hubungan ‘teman lama’ yang menyusahkan, kalau bisa punya teman baru yang menyenangkan?

3 Comments

Leave a Reply to tom Cancel reply