Heads up: another bilingual post!
Perhatian: tulisan dwibahasa lagi!
Pada suatu pagi, dalam perjalanan di bis dari titik A ke titik B, saya memilih untuk berdiri di dekat jendela. Sepanjang perjalanan, saya melihat keluar jendela dan menyadari beberapa perubahan.
Salah satu hal yang berubah adalah dihapusnya grafiti-grafiti yang ada di pagar sebuah gedung yang selalu saya lewati setiap pagi. Saya cukup kesal karena sebelumnya saya berniat ingin jalan kaki pada pagi hari, khusus untuk berhenti di depan gedung yang pagarnya dipenuhi grafiti, supaya saya bisa mengambil gambar grafiti-grafiti tersebut. Saya tertarik karena grafiti yang saya temukan di pagar tersebut terdiri dari kalimat-kalimat sindiran bernuansa politis yang menurut saya jenius. Gara-gara itu, saya jadi teringat foto-foto grafiti lain yang saya dapatkan dari berbagai tempat. Beberapa grafiti, menurut saya, jenius sekali. Saya jadi terpikir untuk memamerkannya di blog ini. Saya kemudian mulai mempertimbangkan bagaimana caranya untuk mengemas foto-foto grafiti ini dalam bentuk sebuah artikel blog.
Tapi kemudian saya tiba-tiba teringat bahwa saya sudah jarang dapat meluangkan waktu untuk mengurusi blog saya. Saya jadi merasa bersalah. Pekerjaan saya akhir-akhir ini sangat menyita waktu sampai-sampai saya tidak sempat menjalankan berbagai macam hobi saya. Misalnya saya jadi tidak sempat berpikir tentang masa depan (milik saya dan dunia). Saya jadi tidak menyempatkan diri untuk berhenti dan membaca spanduk/iklan/paparan promosi lainnya di jalan-jalan yang saya lewati, padahal beberapa waktu yang lalu saya selalu menyempatkan diri sehingga saya sempat untuk membenar-benarkan Bahasa Inggris salah kaprah yang sering digunakan di berbagai paparan promosi tersebut. Banyak hal yang saya lewatkan gara-gara pekerjaan saya. Saya jadi terpikir, apakah sebenarnya mungkin pekerjaan saya ini bisa selesai?
Tiba-tiba bahu saya ditepuk oleh seseorang. Saya sempat kaget karena jalan pikiran saya tiba-tiba terhenti. Saya disuruh duduk karena ada kursi kosong. Saya menolak karena sebentar lagi akan turun. Kemudian orang itu berkata pada saya,
“Pagi-pagi kok melamun…”
Saya kembali kaget. Saya menatap orang itu dari ujung kaki hingga ke ujung rambut dalam waktu satu detik. Kemudian saya kembali berpikir, “Apaan banget sih orang ini ngurus-ngurusin orang lain!” Malas merespons, saya hanya memberikan senyum sopan sekedarnya.
Setelah kejadian itu, saya kembali ke posisi saya yang semula, melihat keluar jendela, dan kembali berpikir.
“Sebenarnya, apa sih definisi melamun? Apakah yang saya lakukan beberapa menit yang lalu dapat dikategorikan sebagai melamun? Saya kan berpikir, mengingat-ingat sesuatu, kemudian malah merencanakan sesuatu. Memangnya yang saya lakukan itu sama dengan melamun ya? Kalau iya, memangnya melamun itu jelek? Kenapa?”
I was standing in the bus one morning, on my way from point A to point B. I was looking out the window and I noticed some changes along the way.
I noticed that all politically-harsh graffiti that I usually encounter every morning have been washed off. I was quite sad to found that they’ve been washed out because I was planning to actually take a walk once upon a morning just to take pictures of them. Then my train of thoughts continue to my collection of pictures of witty graffiti in a few countries, including Indonesia. Then I thought about how it would be cool to post some of the graffiti pictures here, on my blog. Then I started planning a blog post around the graffiti.
Then I thought about how I haven’t had that many photos of graffiti just yet because I haven’t had the time to go out, to notice more graffiti on the streets. Then I thought about how I haven’t had time to do anything lately, anything that I used to do and I used to like to do, like thinking about the world, noticing little flaws on everyone’s English (including mine), and walking. Then I thought about the things that has been consuming my time, eating up my spare moments. The answer is simple: my job. Then I thought about my job, how I’ve got a whole workload to do. Then I thought about how demanding my job could be and I wonder if it would be over.
Suddenly, I felt a tap on my shoulder. I was shocked for about one millisecond. My train of thoughts step on the break all of a sudden, thank god there were no casualties (ha!). Apparently the tap was from a guy who offered me a seat as there were some vacant ones. I politely declined because I was getting off shortly. He smiled at me and then said,
“It’s not healthy to daydream in the morning…”
I was stunted. I stared at him for another millisecond. Thoughts started to clutter my mind, including “who the heck are you to judge?” and “why should you care what I do? I should be able to do the unhealthiest thing in the morning, including daydreaming, if I wanted to.” I decided not to give any comeback other than a polite smile.
I then turned to my previous position and my train of thoughts started again.
“How do you define daydreaming? Was I really daydreaming a few minutes ago? I thought I was thinking, well, I was remembering things and then I was thinking, planning was included. Was that daydreaming? Was it bad? If so, why is it bad?”
Leave a Reply