Saya tidak mengerti bagaimana cara berpikir orang-orang lain yang telah membaca buku Habibie & Ainun karangan Bacharuddin Jusuf Habibie.
Tapi, bagi saya pribadi, hal-hal utama yang menginspirasi saya bukanlah hal-hal yang berhubungan dengan kisah cinta Pak Habibie dan Ainun.
Maaf saja, menurut saya, banyak buku buku lain yang dapat menggambarkan kisah cinta lebih baik daripada cara Pak Habibie menggambarkan rasa cintanya terhadap Ainun.
Menurut saya, yang justru SANGAT-SANGAT menginspirasi adalah rasa idealisme dan nasionalisme Pak Habibie.
Kekaguman saya ini akan saya gambarkan dengan cara menyitir secuil bagian dari buku Habibie & Ainun.
Laksanakan tugasmu sebaik-baiknya dengan memperhatikan:
1. Kepentingan rakyat harus didahulukan diatas kepentingan siapapun!
Termasuk kepentingan pribadi, kepentingan keluarga siapa saja, kepentingan golongan, dan kepentingan organisasi.
2. Jangan sekali-kali mengambil tindakan yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu revolusi. Rakyat tidak dapat mengatasi suatu revolusi lagi.
Rakyat itu sederhana dan hanya menghendaki kehidupan yang tentram dan berbudaya.
Yang neko-neko dan sulit diatur itu adalah mereka yang menamakan dirinya sebagai pimpinan.
Presiden Soeharto pada Pak Habibie (hal. 86)
Walaupun saya tidak pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Indonesia, karena biaya pendidikan saya ditanggung oleh Ibu saya dan saya sendiri, tidak berarti bahwa saya tidak memahami dan ikut merasakan pasang surut perjuangan seluruh bangsa Indonesia.
Pak Habibie (hal. 95)
Kecuali tim saya di HFB, yang terbentuk dan mempunyai satu tekad pulang ke Tanah Air untuk menyumbangkan tenaga bagi pembangunan, hanya seorang diluar tim HFB yang dengan spontan menerima ajakan saya untuk bergabung…
Ada beberapa orang yang datang ke Indonesia untuk melihat-lihat keadaan. Tetapi, mereka memutuskan untuk tinggal di luar negeri setelah melakukan perhitungan-perhitungan.
Ini memang manusiawi dan dapat saya terima.
Pak Habibie (hal. 108)
Lalu, siapa yang mau percaya bahwa Indonesia sanggup membuat pesawat terbang?
Saat itu, Indonesia menjadi negara yang mengimpor beras sampai dua juta ton pertahun untuk memenuhi pangan penduduknya.
Indonesia masih mengimpor cangkul untuk mengolah lahan pertaniannya.
Pak Habibie (hal. 109)
Benar-benar sejumput tulisan yang sangat inspiratif.
Jika saya besar nanti, saya berharap bisa memiliki hati sebesar Pak Habibie.
Leave a Reply