To be Indonesian or not to be Indonesian

... That is the question.

Hanya sampai segitu saja kemampuan saya memplesetkan salah satu kalimat milik Shakespeare yang paling terkenal.

Menarik sekali membaca berita akhir-akhir ini mengenai debat soal kewarganegaraan salah seorang menteri yang baru dilantik oleh Jokowi. Beritanya macam-macam, ada kubu pendukung Pak Menteri, ada juga kubu pembenci.
Saya pribadi sih agak kurang paham mengapa berita ini jadi sangat besar dan dibesar-besarkan. Terlepas dari kemungkinan bahwa Pak Menteri melanggar peraturan negara yang melarang warga negara Indonesia untuk memiliki dua kewarganegaraan, saya kurang paham masalahnya apa.

Continue reading

17|71

Saya bangga bukan main ketika mendengar tentang adanya pameran 17|71: Goresan Juang Kemerdekaan.
Ide pameran ini sungguh sangat menarik: pameran mengenai lukisan-lukisan yang menjadi hiasan di Istana Kepresidenan.

Saya sendiri hanyalah penikmat seni amatir. Jika dihadapkan pada sebuah lukisan, saya tidak akan bisa menganalisis makna lukisan itu secara mendalam. Saya hanya bisa menentukan, “oke, saya suka lukisan ini,” atau “meh, mana karya selanjutnya?”
Walaupun amatiran, saya senang sekali pergi ke berbagai macam galeri dimana-mana. Berdasarkan pengalaman saya yang minim dalam mengunjungi berbagai galeri di seluruh dunia, ada dua galeri yang menjadi favorit saya di dunia ini. Galeri tersebut adalah Saatchi Gallery dan The Barnes Foundation. Saatchi Gallery lebih sering menampilkan karya seni kontemporer, sedangkan The Barnes Foundation menampilkan karya dari berbagai zaman yang didominasi oleh post-impressionist dan early modern paintings. Saya tidak bohong, setiap saya keluar dari dua galeri tersebut, saya benar-benar merasa lebih gembira. Lebih pandai juga, tapi kebahagiaan yang saya rasakan setelah keluar dari kedua galeri tersebut benar-benar membuncah dari lubuk hati saya yang terdalam. Uniknya, kebahagiaan ini tidak sering saya bagikan dengan orang lain, saya simpan sendiri, untuk diri saya sendiri.

Continue reading

Persoalan Koneksi

Saya baru saja pulang kampung.

Saat saya bilang “kampung”, yang saya maksud memang benar-benar kampung. Tepatnya kampung papa dan mama saya, karena kalau saya sendiri tidak pernah merasa punya kampung. Gara-garanya tentu saja asal-usul saya yang kurang begitu jelas. Saya dilahirkan di Jakarta. Umur setahun saya dibawa orang tua saya ke sebuah desa di Sulawesi Tenggara. Setelah lulus SD, saya dikirimkan ke Bandung, hingga lulus kuliah. Setelah lulus kuliah saya hidup di Jakarta. Jadi, istilah “kampung” bagi saya kurang jelas maknanya.

Continue reading

Aksen Indonesia

Screen Shot 2015-08-31 at 14.37.19Tulisan ini tadinya ingin saya publikasikan pada 17 Agustus 2015 dalam rangka merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-70. Namun karena satu dan lain hal, saya tidak bisa dan sempat untuk melakukan hal tersebut. Jadilah saya mempublikasikan tulisan ini pada hari ini, hari terakhir di Agustus. Semoga semangat kemerdekaan masih terasa di dalam diri saya dan semua orang Indonesia.

 


Continue reading

Pesta

Akhirnya minggu lalu saya ikutan Pemilu. 

 

Tanggal 9 April kemarin jadi hari yang cukup bersejarah untuk saya karena untuk pertama kalinya saya mengikuti Pemilu tingkat nasional.

 

Bila melihat kebelakang, pengalaman saya ikut Pemilu sangat minim. Waktu SD saya ingat pernah ikut beberapa pemilihan ketua kelas. SMP juga sama. Selepas SMP, saya tidak pernah lagi berpartisipasi dalam kegiatan Pemilu (termasuk kegiatan Pemilu kampus, tingkat kota, dan propinsi).

Continue reading

Munafik #1: Alkohol, Narkoba, dan Kecelakaan Lalu Lintas

Karena Indonesia sedang lumayan dihebohkan dengan situasi dan kondisi persidangan AQJ alias Dul (anak umur 13 than yang menyetir mobilnya sendiri, mengalami kecelakaan, dan mengakibatkan meninggalnya enam orang), saya jadi teringat akan satu topik yang sudah lama tersimpan di dalam benak saya sejak lama.

 

Topik ini berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas, seperti yang dialami oleh AQJ alias Dul, tapi secara spesifik melibatkan pengendara yang menyetir dalam keadaan mabuk.

 

Menyetir dalam keadaan mabuk, atau dalam Bahasa Inggris diartikan sebagai driving under the influence atau biasa disingkat DUI, bukanlah perkara baru di Indonesia.

 

Salah satu kasus kecelakaan lalu lintas terlama, berdasarkan ingatan saya, yang menggemparkan masyarakat Indonesia adalah kasus kecelakaan yang menimpa Nike Ardilla. Continue reading

Todung: 2009

Saya baru saja selesai membaca buku Catatan Harian Todung Mulya Lubis, Buku 1. Saya harus bilang, sejak mulai membaca buku ini, saya sudah langsung berniat menuliskan pendapat saya tentang buku ini.
Saya ‘menemukan’ buku ini di kamar orang tua saya pada hari yang sama dengan peluncuran buku ini. Ternyata papa dikirimi buku ini oleh Todung Lubis langsung. Saat itu juga, saya menyempatkan membaca beberapa lembar buku ini. Namun, karena waktu itu saya masih menyelesaikan buku The Casual Vacancy, saya jadi harus menunda pembacaan buku ini. Akhirnya saya baru bisa memulai membaca buku ini pada awal bulan Maret.

Continue reading

Tanah Air

Orang Indonesia mana sih yang gak tau lagu Tanah Air?

Kalo beneran ada yang gak tau,
“Gila, pas SD ngapain aja sih?”
Saya aja yang SD di antah-berantah tau loh lagu ini.

Baru-baru ini saya diingatkan dengan lagu ini saat menonton konser yang bertajuk Mocca Last Show.
Ceritanya vokalis grup band Mocca akan pindah ke Amerika Serikat dan belum tau kapan akan pulang ke Indonesia demi mengejar Green Card.
Salah satu lagu terakhir mereka di konser tersebut adalah lagu Tanah Air ini.
Waktu itu Arina, si vokalis, bilang kalau lirik lagu ini bikin nangis banget, terutama di detik-detik saat dia akan pergi.
Continue reading

Bukan Tentang Cinta

Saya tidak mengerti bagaimana cara berpikir orang-orang lain yang telah membaca buku Habibie & Ainun karangan Bacharuddin Jusuf Habibie.
Tapi, bagi saya pribadi, hal-hal utama yang menginspirasi saya bukanlah hal-hal yang berhubungan dengan kisah cinta Pak Habibie dan Ainun.

Maaf saja, menurut saya, banyak buku buku lain yang dapat menggambarkan kisah cinta lebih baik daripada cara Pak Habibie menggambarkan rasa cintanya terhadap Ainun.

Menurut saya, yang justru SANGAT-SANGAT menginspirasi adalah rasa idealisme dan nasionalisme Pak Habibie.
Kekaguman saya ini akan saya gambarkan dengan cara menyitir secuil bagian dari buku Habibie & Ainun.

Continue reading

Habibie & Ainun: Bukan Sekedar Kisah Cinta

Saya baru saja menyelesaikan buku Habibie & Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.

Habibie & Ainun

Saya merasa sudah menjadi kewajiban saya untuk menulis pendapat saya tentang buku ini.

Yang harus saya tulis pertama kali adalah saya bersyukur karena telah membeli buku ini saat ada potongan harga besar-besaran di toko buku Gramedia. Jika tidak ada potongan harga, saya rasa buku ini terlalu mahal untuk dimiliki seseorang.

Hal kedua yang harus saya tulis sebelum saya menulis pendapat saya yang sebenarnya tentang buku ini adalah isi pemikiran saya tentang cara saya menulis.
Saat sedang membaca buku ini, saya mulai memikirkan cara-cara penyampaian pendapat saya tentang buku ini.
Akhirnya saya memutuskan untuk mencontoh gaya menulis Pak Habibie yang sungguh sangat mencerminkan sisi ke-insinyur-an dari dalam dirinya, yaitu gaya menulis dengan mengutamakan poin-poin terpenting yang memang ingin disampaikan.

Continue reading