Makan di Hotel

Tulisan ini kalau ditilik-tilik agak nyambung dikit sama tulisan saya yang sebelumnya, walaupun tadinya intensinya gak seperti itu.
Jadi ya, selain jalan-jalan, keluarga saya juga suka sekali makan-makan, terutama makan sepuasnya.
Karena hobi kami sekeluarga sama, kami sering nyoba-nyoba berbagai tempat makan seru di Jakarta. Termasuk restoran-restoran di hotel-hotel bintang lima.
Sekarang ini saya mau sedikit membahas asiknya makan di hotel-hotel bintang lima di Jakarta.
Pembahasan ini diurutkan secara acak ya.

1. Grand Hyatt
Saya sebenarnya sudah lupa-lupa ingat suasana makan sepuasnya di Grand Hyatt ini karena terakhir kesana sudah beberapa tahun yang lalu. Jadi, cerita saya tentang makan di Grand Hyatt ini minim saja, sesuai ingatan saya.
Kekurangan: hal utama yang membuat saya dan keluarga gak pengen balik lagi untuk makan di Grand Hyatt adalah rasa makananannya yang tidak spesial dan pilihan menu yang kurang variatif.
Saya ingat dulu saat makan kesana, tema masakan malam itu adalah Masakan Indonesia. Dari begitu variatifnya masakan Indonesia, yang disajikan hanya beberapa pilihan nasi (seperti nasi kuning, nasi tutug oncom, dan beberapa nasi lain) dan beberapa lauk-pauk yang sudah terkenal (seperti rendang dan ikan acar kuning), juga pilihan sayuran seadanya (gado-gado dan asinan).
Jadi, saya dan keluarga saya memutuskan bahwa makan di Grand Hyatt tidak seru, karena pilihan makanan yang tersedia kurang banyak.
Kelebihan: Letak Grand Hyatt yang sungguh sangat stategis di tengah-tengah kota Jakarta membuat pemandangan yang terlihat dari jendela restorannya bagus sekali. Pemandangan Bundaran HI yang dihiasi lampu-lampu pada malam hari adalah kelebihan utama yang dari pengalaman makan di Grand Hyatt.
2. Hotel Mulia
Bisa dibilang, dari semua hotel bintang lima yang sudah pernah saya rasa, pengalaman makan sepuasnya di The Cafe adalah favorit saya.
Kekurangan: terlalu banyak pilihan makanan, sampai-sampai setiap saya makan disana, pasti selalu aja ada makanan yang tidak sempat termakan.
Kelebihan:
– tempatnya luas, sehingga jarang sekali saya dan keluarga kehabisan tempat, atau masuk ke dalam daftar tunggu.
– makanan yang disediakan selalu inovatif dan berganti secara berkala, sehingga tidak pernah bosan.
Misalnya, saat frozen yoghurt sedang berada di titik terfavorit makanan anak gaul se-Jakarta, The Cafe tentu saja menyediakan frozen yoghurt yang enaknya luar biasa.
– makanan favorit saya di The Cafe ada di bagian pencuci mulut, yaitu warm chocolate melted, dan di bagian masakan India, yaitu roti prata.
Saat memakan dua makanan itu, saya seperti dibawa terbang ke surga.
3. Four Seasons
Sudah lama sekali juga saya tidak makan di Four Seasons.
Tapi Four Seasons sangat meninggalkan kesan dalam hati saya, karena saat pertama kali makan di Four Seasons bertahun-tahun silam, saat itu juga saya merasakan makan foie gras pertama kali. Saat itu, saya benar-benar tidak suka dengan rasa foie gras. Sampai akhirnya saya memutuskan bahwa rasa foie gras tergantung kokinya, karena setelah beberapa kali makan foie gras ditempat yang berbeda-beda, saya masih belum dapat memastikan saya suka foie gras atau tidak.
Kekurangan: walaupun pilihan makanannya sangat variatif (saya masih ingat, bahkan Four Seasons menyediakan satu area makanan khusus bagi anak-anak yang menyajikan makanan kegemaran anak-anak seperti french fries, chicken nuggets, pop corn, mie goreng, dan lain-lain, lengkap dengan meja pendek, sehingga anak-anak dapat mengambil makanan mereka sendiri), rasa makanan di Four Seasons sungguh biasa saja. Tidak spesial untuk makanan kelas hotel bintang lima.
Kelebihan: Four Seasons Hotel adalah satu-satunya hotel bintang lima di Jakarta yang tidak menghidangkan babi di semua restoran mereka. Semua makanan mereka dijamin halal.
Tidak ada restoran di hotel lain yang punya komitmen seperti ini di Jakarta.
4. Hotel Nikko
Saya masih ingat waktu itu saya dan keluarga iseng nyobain makan di Hotel Nikko karena mereka lagi ada promosi, cuma bayar Rp 100.000 sudah bisa makan sepuasnya.
Kekurangan: makanannya tidak variatif, termasuk masakan Jepangnya.
Karena Hotel Nikko adalah hotel yang franchise-nya dipegang Jepang (lain dengan hotel bintang lima lainnya yang kebanyakan milik Amerika Serikat), saya dan keluarga mengharapkan masakan Jepang yang variatif dan enak. Sayangnya kami kecewa.
Kelebihan: sering ada promosi gitu di Hotel Nikko. Selain promosi Rp 100.000 itu, Hotel Nikko punya banyak promosi lain, dan gak cuma di restoran Olive Tree yang bisa makan sepuasnya itu aja kok. Di restoran lainnya juga ada.
5. Shangri-La
Satoo di Shangri-La ini mungkin tempat makan sepuasnya terfavorit di Jakarta. Semua orang Jakarta yang kemampuan ekonominya menengah keatas pasti udah tau tentang tersohornya restoran ini.
Kekurangan: kalau saya pribadi sih gak ngerti kenapa Satoo bisa se-ngetrend itu. Padahal restoran-restoran di hotel-hotel bintang lima lainnya gak kalah kok.
Lebih spesifik lagi, yang saya kesalkan dari Satoo itu adalah tempatnya yang sangat kecil, dibandingkan dengan jumlah tamu yang datang setiap harinya.
Jadi, kalau mau makan di Satoo itu penuh perjuangan, bisa-bisa harus reservasi tempat seminggu sebelumnya. Jarang banget bisa tiba-tiba datang dan dapat tempat duduk.
Kelebihan: lagi-lagi makanan India dan makanan penutup.
Masakan India Satoo memang sudah menjadi favorit saya dan keluarga. Selain macamnya banyak, pilihannya lengkap, mulai dari tandoori, daal, masala, dan lain-lain.
Kalau makanan penutup di Satoo sih udah gak perlu pakai penjelasan lagi. Semua orang yang gak suka desert, pas datang ke Satoo pasti penasaran pengen nyoba. Pilihannya banyak dan gak pernah membosankan.
6. Ritz Carlton
Tentu saja Ritz Carlton yang saya maksud adalah yang terletak di Mega Kuningan dan bukan yang terletak di Pacific Place ya.
Kekurangan: pilihan makanannya membosankan, tidak ada hal yang inovatif dan membuat saya dan keluarga jadi terkagum-kagum sampai merasa terbang ke surga. Makanannya biasa aja.
Kelebihan: saya suka sekali dengan cheese selection di Ritz. Bagian yang paling variatif, menurut saya.
Adik saya sih suka banget sama bagian sushi dan sashimi.
Oh ya, yang spesial dari Ritz Carlton adalah bakery-nya. Ada sebagian kue, roti, dan cake yang disertakan dalam program makan sepuasnya. Tapi kalau sempat ke Ritz Carlton, jangan lupa mampir ke bakery-nya deh. Gak bakalan nyesel.
7. JW Marriott
Makan di JW Marriott ini adalah acara makan yang paling segar dalam ingatan saya, soalnya baru aja saya dan keluarga buka puasa disana.
Kekurangan: bagian makanan penutupnya kurang banyak!
Sungguh sangat disayangkan!
Roti Canai-nya kayak digoreng, bukan dipanggang, jadi gak enak.
Gak dapat air putih gratis.
Kelebihan: tempatnya luas, jadi gak perlu takut kehabisan tempat, walaupun sebaiknya selalu reservasi dulu.
Makanannya enak dan pilihannya banyak. Waktu terakhir saya kesana ada festival masakan timur tengah: coucous, hummus, pita bread, kebab, shawarma, dan masih banyak lagi.
Gak lupa masakan Indianya juga enak banget. Waktu dulu saya dan keluarga baru pertama kali kesana, mama sampai nanya resep nasi biryani ke chef masakan Indianya.
8. Hotel Indonesia Kempinski
Saya terakhir makan di Hotel Indonesia itu SD, waktu itu manajemennya belum diambil alih oleh Kempinski. Waktu itu makan juga gratis, kebetulan selalu ada yang bayarin, karena dulu orang tua saya belum mampu untuk bayar makan disana sendiri.
Kemudian beberapa waktu yang lalu papa akhirnya mengajak kami nostalgia makan disana. Kali ini sudah mampu bayar sendiri.
Kekurangan: Hotel Indonesia sudah punya masakan specialities mereka sendiri, sehingga masakan-masakan lain jatuhnya jadi standar.
Pilihan makanannya juga tidak terlalu banyak.
Selain itu, sajian yang mengandung babi saya rasa paling banyak, diantara hotel-hotel lainnya.
Kelebihan: bubur ayam HI yang tidak ada bandingannya! Salah satu bubur ayam terenak di seluruh negeri. Mau ngambil bubur ayam ini juga lumayan ngantri.
Selain itu, dekorasi restorannya seru sekali, karena dihias dengan potongan-potongan sejarah Indonesia. Beberapa kalimat-kalimat Soekarno tampak menghiasi dinding, foto-foto Indonesia zaman penjajahan dahulu, begitu juga dengan lukisan-lukisan bertema perjuangan. Bagus!
Begitulah pengalaman saya makan sepuasnya di beberapa hotel bintang lima di Jakarta.
Saya selalu suka akan pengalaman makan sepuasnya ini.
Oh ya, sedikit cerita tambahan tentang makan sepuasnya ini:
1. Harga makan sepuasnya di hotel bintang lima ini berkisar antara Rp 250.000 hingga Rp 300.000. Kalau ada perayaan tertentu, seperti malam tahun baru, harganya bisa naik dua kali lipat.
2. Kalau mau gak mau rugi saat makan sepuasnya ini, tanyakan soal minuman apa yang termasuk dalam program makan sepuasnya.
Kadang ada restoran yang memberikan ice tea, hot tea, air putih, atau bahkan lemon tea.
3. Seperti biasa, peraturan wajib sebelum makan-makan sepuasnya: jangan makan minimal 2 jam sebelumnya, saat makan jangan terlalu banyak jeda istirahat, makan aja terus sampai kenyang (kalau banyak istirahat, malah cepat kenyang). Niscaya Anda tidak perlu makan lagi dalam (minimal) 4 jam ke depan, setelah selesai makan.
4. Tulisan ini tidak disertai dengan foto karena kebanyakan restoran memang melarang pengunjung untuk memotret makanan-makanan yang disajikan. Kegiatan potret-memotret biasanya diperbolehkan di meja makan masing-masing tamu, dengan tidak mengambil wilayah penyajian makanan, ataupun wilayah open kitchen.
Karena bulan Ramadhan sebentar lagi usai dan awal bulan Syawal biasanya diisi dengan banyak kumpul-kumpul keluarga, gak ada salahnya nih mencoba berbagai macam makanan di acara makan sepuasnya di berbagai hotel bintang lima di Jakarta.

12 Comments

  • muhtar

    Kereen al ulasannya mantap.., aku belon nyoba semua yg kamu sebutin sih.., banyak. Yg belonnya malah..hahaha.. Dan aku mah makan di tempat2 hotel kayak gitu kalo nginep aja al.., ga pernah nyengaajain.., kan gratis breakfast hehe..all u can eat juga kan..?buffet pas breakfast.. :p Hahahhaa..mulia aku suka banget.,tapi dari ceritamu aku penasaran sama satoo jadinya al.., akan saya coba bulan depan..hehe..

    • alienkeren

      Ihiy! terima kasih sudah dibaca, tar.

      Sarapan pagi seru juga sih untuk dibahas, tapi kebanyakan menunya standar kan. Makan malam, atau Sunday Brunch tuh seru, tar. Cobain deh.
      Si
      Sunday Brunch-nya Satoo juga terkenal banget tuh.

      Selamat mencoba ya!

  • salah satu keuntungan jadi wartawan (abal2) adalah bisa coba beberapa makanan hotel dengan gratis. muahahaha. mayan deh pernah nyobain olive tree-hotel nikko, syailendra-j.w.marriott, breakfast di hotel sultan, dan lupa lagi.. :9

    gampang sekali memuaskan hasratku, tinggal cari bebek peking dan makanan penutup. ehehhe. tapi karena belom nyobain terlalu banyak tempat, jadi belom bisa mastiin yang mana aja yang enak.

    • alienkeren

      Ehhhh kamu kok gak pernah cerita bisa dapet gratisan gini dari ‘kerja’ jadi ‘wartawan’? Asal jangan ‘wartawan amplop’ aja. LOL

      Nah, itu ya, si Sultan itu, seinget aku, aku belum nyobain lagi setelah dia ganti manajemen dari Hilton ke Sultan. Jadi gak aku masukin deh ke tulisan ini.
      Selain itu juga aku pernah deh kayaknya makan di Intercontinental atau Le Meridien, tapi udah bener-bener lupa. Jadi gak dimasukin.

      Oh ya, aku lupa nulis.
      Aku GAK suka peking duck-nya Satoo. Kulitnya kering karena terlalu lama di udara terbuka.

  • tom

    wah, gue belum pernah nyoba satupun dari yg ada di list itu tuh. karena masih “belum mampu bayar sendiri” MUWAHAHHAHAHA!~

    kapan ya kapan?

  • perasaan dulu kita mau AYCE di mulia kaga jadi2..
    eh al, ntar posting ya kalo udah nyoba AYCE di Longdon. Bandingkan sama di Endonesa.

    eh btw ya al, ngebaca postingan lo yg ini agak bikin mata capek deh di gue. ngga tau apa karena bekgronnya yg kontras bgt ya (item, tulisan putih) trus font sizenya kecil dan rapet, atau karena postingan lo panjang isinya tulisan semua ngga ada putu2nya gicu?
    soalnya kalo blog lo yg dulu warnanya lebih ‘ramah’ ke mata menurut ayee. *apaaa coba?
    yaa, tapi cuma my own personal opinion seeeh. mungkin yg laen ngga ngerasa kali yaa.
    udah mulai harus sadar umur nih keknya. hahaha

    • alienkeren

      aku mikir dulu loh AYCE itu apa.
      dasar orang Indonesia pemalas! semua-mua disingkat deh!

      oh ya sar, masa sih tulisannya kecil-kecil?
      perasaan itu udah gede gitu loh.
      minus kamu tambah gede tuh ah. hahahaha
      soal background hitam dan tulisan putih ini emang banyak yang protes. tapi belom ada yang aku dengarkan karena aku suka warna hitam. hahahaha
      jadi, sabar aja ya.
      jangan lupa baca terus tulisan-tulisan aku berikutnya! 😀

What is on your mind?