17|71

Saya bangga bukan main ketika mendengar tentang adanya pameran 17|71: Goresan Juang Kemerdekaan.
Ide pameran ini sungguh sangat menarik: pameran mengenai lukisan-lukisan yang menjadi hiasan di Istana Kepresidenan.

Saya sendiri hanyalah penikmat seni amatir. Jika dihadapkan pada sebuah lukisan, saya tidak akan bisa menganalisis makna lukisan itu secara mendalam. Saya hanya bisa menentukan, “oke, saya suka lukisan ini,” atau “meh, mana karya selanjutnya?”
Walaupun amatiran, saya senang sekali pergi ke berbagai macam galeri dimana-mana. Berdasarkan pengalaman saya yang minim dalam mengunjungi berbagai galeri di seluruh dunia, ada dua galeri yang menjadi favorit saya di dunia ini. Galeri tersebut adalah Saatchi Gallery dan The Barnes Foundation. Saatchi Gallery lebih sering menampilkan karya seni kontemporer, sedangkan The Barnes Foundation menampilkan karya dari berbagai zaman yang didominasi oleh post-impressionist dan early modern paintings. Saya tidak bohong, setiap saya keluar dari dua galeri tersebut, saya benar-benar merasa lebih gembira. Lebih pandai juga, tapi kebahagiaan yang saya rasakan setelah keluar dari kedua galeri tersebut benar-benar membuncah dari lubuk hati saya yang terdalam. Uniknya, kebahagiaan ini tidak sering saya bagikan dengan orang lain, saya simpan sendiri, untuk diri saya sendiri.

Continue reading

Persoalan Koneksi

Saya baru saja pulang kampung.

Saat saya bilang “kampung”, yang saya maksud memang benar-benar kampung. Tepatnya kampung papa dan mama saya, karena kalau saya sendiri tidak pernah merasa punya kampung. Gara-garanya tentu saja asal-usul saya yang kurang begitu jelas. Saya dilahirkan di Jakarta. Umur setahun saya dibawa orang tua saya ke sebuah desa di Sulawesi Tenggara. Setelah lulus SD, saya dikirimkan ke Bandung, hingga lulus kuliah. Setelah lulus kuliah saya hidup di Jakarta. Jadi, istilah “kampung” bagi saya kurang jelas maknanya.

Continue reading

Fasilitas Tidak Berguna

Masih dalam rangka merayakan banjirnya Jakarta, saya masih ingin bercerita tentang fasilitas lain yang sering saya temukan di Jakarta, terutama di kawasan Jakarta Pusat dan sekitarnya. Berbeda dengan tulisan saya sebelumnya, beberapa fasilitas yang akan saya bahas pada tulisan ini adalah fasilitas-fasilitas yang, menurut saya, tidak berguna.

Hah? Tidak berguna? Memangnya siapa sih saya sampai berani-beraninya menghakimi penting atau tidaknya, berguna atau tidaknya, suatu fasilitas yang ada di sebuah kota?

Jawaban saya: terserah saya dong! Ini kan opini saya sebagai seorang warga – walaupun saya sebenarnya warga Kota Tangerang Selatan, Banten (berdasarkan KTP), tetapi setiap hari saya mondar-mandir di Kota Jakarta ini, sering jalan kaki pula. Jadi secara sepihak, saya mengklaim bahwa saya punya hak untuk ikut menyuarakan opini saya soal fasilitas yang ada di jalanan Jakarta.

Continue reading

Hop On/Hop Off?

Untuk merayakan Jakarta yang lagi banjir-banjirnya, saya memutuskan untuk berbagi sedikit opini saya tentang salah satu fasilitas yang ada di kota ini.

Dua minggu yang lalu, untuk kedua kalinya, saya menaiki bis tur ‘keliling’ Jakarta alias Jakarta City Tour. Untuk kedua kalinya juga juga saya merasa kecewa.

Dari awal berniat untuk naik bis tur ini, si bis memang tampak kurang bonafid. Saya mencoba melakukan riset sedikit lewat internet soal bis tur ‘keliling’ Jakarta ini dan informasi yang bisa saya dapatkan di Internet sangat sedikit. Memang ada beberapa blog yang sudah mengulas pengalaman menaiki bis ini, review tentang bis ini juga sudah ada di Tripadvisor, tapi mana informasi resmi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ya? Saya hanya bisa menemukan berita ini dengan informasi yang sangat ketinggalan zaman.

Tidak adanya informasi resmi dari PemProv DKI Jakarta di internet ini menurut saya sangat mengherankan. Pasalnya, setahu saya, bis tur ini adalah salah satu program unggulan PemProv, terutama sewaktu Jokowi masih jadi gubernur dulu. Aneh ya, padahal situs resmi PemProv dan Enjoy Jakarta lumayan bagus. Sayang sekali tidak ada selipan tentang bis tur ini.

Continue reading

English is a Funny Language: Advertisement

A while ago I have this idea of starting to actually showcase some pictures that I took in various places that I passed by. I tried Instagram for about a week but then realised that I do not have the time and energy to actually ‘nurture’ another form of social media – it is indeed exhausting, isn’t it?

So last night I decided that I will put them here. I found that I took plenty of pictures that would actually enable me to create a series of blog posts, much inspired by ShitLondon. I hope this series show how funny English can be, especially when it is used by non-native speakers. Here is my first shot.

Continue reading

Makan di Hotel

Tulisan ini kalau ditilik-tilik agak nyambung dikit sama tulisan saya yang sebelumnya, walaupun tadinya intensinya gak seperti itu.
Jadi ya, selain jalan-jalan, keluarga saya juga suka sekali makan-makan, terutama makan sepuasnya.
Karena hobi kami sekeluarga sama, kami sering nyoba-nyoba berbagai tempat makan seru di Jakarta. Termasuk restoran-restoran di hotel-hotel bintang lima.
Sekarang ini saya mau sedikit membahas asiknya makan di hotel-hotel bintang lima di Jakarta.
Pembahasan ini diurutkan secara acak ya.

Continue reading