Karena Indonesia sedang lumayan dihebohkan dengan situasi dan kondisi persidangan AQJ alias Dul (anak umur 13 than yang menyetir mobilnya sendiri, mengalami kecelakaan, dan mengakibatkan meninggalnya enam orang), saya jadi teringat akan satu topik yang sudah lama tersimpan di dalam benak saya sejak lama.
Topik ini berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas, seperti yang dialami oleh AQJ alias Dul, tapi secara spesifik melibatkan pengendara yang menyetir dalam keadaan mabuk.
Menyetir dalam keadaan mabuk, atau dalam Bahasa Inggris diartikan sebagai driving under the influence atau biasa disingkat DUI, bukanlah perkara baru di Indonesia.
Salah satu kasus kecelakaan lalu lintas terlama, berdasarkan ingatan saya, yang menggemparkan masyarakat Indonesia adalah kasus kecelakaan yang menimpa Nike Ardilla. Waktu itu saya masih berumur delapan atau sembilan tahun, tapi saya masih ingat beberapa fakta yang disebarluaskan di media hingga sekarang. Nike Ardilla meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan kejadiannya berlangsung pada dini hari. Waktu itu media sibuk memberitakan bahwa Nike Ardilla pulang larut malam dari sebuah klab malam di Bandung. Pada saat yang bersamaan, media juga sibuk memberitakan bahwa Nike Ardilla, walaupun ketahuan berpesta semalaman di sebuah klab, sama sekali tidak menyetir mobilnya dalam keadaan mabuk karena semalaman itu dia hanya meminum jus jeruk.
Sejak saya membaca/mendengar berita itu di media, sejak saya berumur delapan atau sembilan tahun, saya sudah mencium gelagat tidak enak.
Maksud saya begini, Nike Ardilla itu masih remaja saat dia meninggal dan dia sedang berada di puncak ketenarannya. Saat dia pergi pesta-pesta semalaman dan bilang bahwa dia hanya minum jus jeruk, siapa yang mau percaya? Lihat saja berbagai macam kejadian yang menimpa Miley Cyrus dan Justin Bieber, atau bahkan Marylin Monroe, artis kesukaan Nike Ardilla sendiri. Mereka mengawali karir di usia yang sangat muda dan ketika berada di puncak kejayaan, mereka bertingkah macam-macam.
Memang tidak ada pernyataan resmi dari siapa pun yang dapat membuktikan opini saya tentang kematian Nike Ardilla, tapi mari kita lihat contoh lainnya.
Satu kasus yang masih sangat segar dalam ingatan semua masyarakat Indonesia adalah kasus yang melibatkan Roger Danuarta. Tanpa ada angin ataupun hujan, Roger tiba-tiba ditemukan tidak sadar dan sendirian di dalam mobilnya dengan jarum suntik masih menempel di lengannya. Yang paling parahnya, dia duduk di belakang kemudi. Ini menunjukkan bahwa Roger, yang sedang berada dibawah pengaruh narkoba berusaha mengemudikan mobilnya sendiri.
Layaknya orang Indonesia, saya masih melihat ‘keuntungan’ dari kejadian ini. ‘Untung’ saat ditemukan, mobil Roger sedang berhenti. Coba kalau mobilnya sedang melaju, padahal Roger sedang tidak dalam keadaan seratus persen sadar, berbagai macam bahaya bisa terjadi. Selain itu, ‘untung’ Roger hanya membahayakan dirinya sendiri dan tidak memakan korban jiwa lain, seperti yang terjadi di kecelakaan-kecelakaan lain (termasuk kecelakaan yang melibatkan AQJ alias Dul).
Saat saya melakukan ‘riset’ kecil untuk menulis tulisan ini, saya menemukan satu kasus yang merugikan tidak hanya supir pemabuk, tapi juga orang lain. Saya menemukan bahwa ada seorang selebriti bernama Novi Amalia yang tertangkap tangan sedang menyetir dalam keadaan mabuk. Novi Amalia, yang tertangkap sedang menyetir sambil mengenakan pakaian dalamnya saja, menabrak tujuh orang tanpa alasan. ‘Untung’ saja korbannya tidak ada yang meninggal.
Yang membuat saya semakin geram adalah kenyataan bahwa kejadian-kejadian serupa tidak hanya terjadi pada kalangan selebriti, yang katanya gaya hidupnya dikelilingi oleh berbagai bahan-bahan yang memabukkan. Kalau saya perhatikan, terutama dari twitter TMC Polda Metro Jaya, makin banyak saja kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada sekitaran waktu dini hari, terutama di akhir minggu. Ini salah satu bukti observasi saya yang saya dapatkan dari twitter.
Inti dari kegeraman saya adalah kemunafikan (hampir) semua orang Indonesia yang menutup-nutupi kenyataan bahwa banyak kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia ini mungkin disebabkan oleh pengemudi yang menyetir dalam keadaan mabuk. Saya menggunakan kata ‘mungkin’ karena belum ada orang ataupun lembaga, independen ataupun negara, yang mau berusaha menelusuri penyebab berbagai macam kecelakaan lalu lintas.
Berbagai kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia selalu mengambil kesimpulan yang sama: supir yang mengantuk, supir yang kebut-kebutan, atau karena jalanan rusak. Menyoal jalanan rusak, saya tidak ada komentar. Tapi soal dua alasan lainnya, apa tidak pernah ada yang berniat untuk meneliti lebih jauh ya? Apa yang menyebabkan begitu banyaknya supir mengantuk atau kebut-kebutan? Apa kelelahan habis pesta semalaman? Atau adrenalin yang meningkat tajam karena bahan-bahan terlarang yang menstimulasi?
Kalau menurut saya, ini masalah serius yang berakar dari kemunafikan masyarakat Indonesia. Menurut saya fakta-fakta tentang kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh supir mabuk tidak pernah ditanggapi secara serius oleh mayarakat karena berhubungan erat dengan agama. Faktanya adalah 90% orang Indonesia memeluk agama Islam dan mengkonsumsi bahan-bahan yang memabukkan adalah salah satu dosa terbesar dalam agama Islam. Bayangkan bila ada orang yang ketahuan terlibat kecelakaan lalu lintas gara-gara menyetir sambil mabuk. Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga: sudah sakit fisik karena kecelakaan, ditambah lagi dengan sakit hati karena pasti dihakimi secara moral dan sosial oleh masyarakat luas. Karena itulah, menurut saya, tidak ada orang Indonesia yang pernah mau mengakui keterlibatannya dalam kecelakaan lalu lintas gara-gara mabuk.
Pertanyaan saya hanya satu: sampai kapan kita mau munafik?
Menurut saya, Indonesia tidak akan mungkin bisa melarang peredaran alkohol dan narkoba di negara ini (bagaimana mungkin? pejabat-pejabatnya banyak yang menjadi pemakai).
Menurut saya, jalan satu-satunya harus diawali dengan menerima kenyataan bahwa kita hidup di lingkungan yang alkohol dan narkoba gampang didapatkan. Dengan menyadari hal ini, kita kemudian bisa mengatur peredarannya.
Misalnya saja, sekarang ini, tidak ada orang Indonesia yang peduli akan batas minimum umur seseorang untuk bisa membeli minuman beralkohol (saya bahkan tidak tahu – dan tidak menemukan di Google – soal undang-undang resminya). Saat saya menuliskan kalimat ini, bukan tidak mungkin seorang siswa SMA sedang masuk ke sebuah klab malam dan meminum sebotol bir, tanpa ditanya umur ataupun KTP oleh sang pramusaji. Atau, tidak usah jauh-jauh ke klab malam, banyak warung remang-remang pinggir jalan yang menjual alkohol oplosan kepada siapa saja, tanpa pilih-pilih. Ditambah lagi, jika ditilik dari tradisi Indonesia, siapa yang tidak pernah mendengar soal arak Bali atau tuak Batak?
Kita harus berhenti jadi orang munafik dan menyadari bahwa ada juga orang Indonesia yang memang suka bermabuk-mabukan.
Kemudian, langkah paling utama, menurut saya, dalam mengatasi masalah ini adalah dengan terus-terusan membicarakannya. Jika ada kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh supir yang mabuk, mari sebarluaskan. Tunjukkan fakta-fakta akan bahaya menyetir ketika mabuk, jangan ditutup-tutupi ataupun dialihkan isunya.
Dengan menutup-nutupi kasus kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh supir mabuk, berarti Indonesia akan terus menjadi bangsa yang munafik, yang menolak untuk mengatasi permasalahan dari akarnya.
Ketika kita sudah berhasil mengubah diri kita menjadi bangsa yang tidak munafik dan mau menerima bahwa alkohol dan narkoba ada disekitar kita, maka kita bisa mengatasi permasalahan selanjutnya, yaitu menekan angka kecelakaan lalu lintas yang dialami oleh supir mabuk.
Misalnya, pemerintah bisa gencar dalam menyebarluaskan informasi tentang undang-undang yang mengatur usia minimum konsumsi alkohol. Masyarakat luas bisa gencar mengkampanyekan untuk tidak menyetir sehabis mengkonsumsi alkohol. Warga Indonesia yang suka mengkonsumsi alkohol bisa lebih mempelajari etika dalam mengkonsumsi alkohol. Masih banyak lagi tindakan-tindakan nyata yang bisa dilakukan demi mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas karena mabuk.
Semoga Indonesia bisa segera bergerak dan meninggalkan kemunafikan soal alkohol dan bahan-bahan memabukkan lainnya. Semoga angka kecelakaan lalu lintas karena supirnya dalam keadaan mabuk bisa berkurang segera.
Leave a Reply